Mengapa Sriwijaya Disebut Kedatuan Bukan Kerajaan? Simak Penjelasannya!

Rabu, 23 Oktober 2024 20:55

Kerajaan Sriwijaya seringkali muncul dalam diskusi sejarah Nusantara. Namun, penyebutan yang tepat adalah kedatuan, bukan kerajaan. Meskipun memiliki kekuasaan besar dan pengaruh luas di Asia Tenggara, Sriwijaya tidak menerapkan sistem pemerintahan yang sama seperti kerajaan-kerajaan tradisional. Artikel ini akan membahas apa yang membedakan kedatuan dan kerajaan, serta alasan mengapa Sriwijaya lebih tepat disebut kedatuan.

Pengertian Kedatuan dan Kerajaan

Kata "kedatuan" berasal dari istilah "datu," yang berarti pemimpin atau kepala suku. Dalam struktur kedatuan, pemerintahan biasanya bersifat lebih longgar dan fleksibel dibandingkan dengan kerajaan. Kedatuan berfokus pada hubungan antara komunitas-komunitas atau daerah otonom yang dipimpin oleh datu. Berbeda dengan kerajaan, kekuasaan di kedatuan tidak selalu bersifat mutlak dan terpusat pada satu orang.

Sementara itu, kerajaan identik dengan sistem pemerintahan yang lebih hierarkis. Di kerajaan, kekuasaan raja mutlak dan diwariskan secara turun-temurun. Struktur birokrasi yang teratur juga menjadi ciri khas dari kerajaan. Dalam konteks Sriwijaya, fokus pada perdagangan maritim dan aliansi politik membuatnya lebih tepat disebut kedatuan.

Faktor-faktor yang Membuat Sriwijaya Disebut Kedatuan

1. Struktur Pemerintahan yang Fleksibel

Sriwijaya tidak memiliki struktur birokrasi rumit seperti kerajaan pada umumnya. Pemimpin tertinggi disebut datu, namun kekuasaannya tidak bersifat mutlak. Selain datu, peran Mahapatih atau perdana menteri sangat penting dalam menjalankan pemerintahan. Pemerintahan ini lebih mengutamakan kerja sama antardaerah di bawah pengaruh Sriwijaya.

2. Aliansi dengan Daerah-daerah Sekitar

Kedatuan Sriwijaya berkembang melalui aliansi dan jaringan diplomatik dengan berbagai daerah di Nusantara dan sekitarnya. Hubungan-hubungan ini membantu Sriwijaya memperluas pengaruh tanpa perlu ekspansi militer besar-besaran. Ini berbeda dengan kerajaan, yang umumnya memperluas wilayahnya melalui penaklukan.

3. Pengaruh Maritim dan Ekonomi

Sriwijaya berperan besar sebagai pengendali jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Dengan menguasai Selat Malaka, Sriwijaya dapat menarik pajak dari kapal-kapal dagang yang melintas. Keuntungan ekonomi dari perdagangan ini menjadikan kedatuan ini sebagai pusat kemakmuran. Fokus Sriwijaya pada kekuatan maritim menjadi pembeda penting dari kerajaan tradisional yang lebih terpusat pada daratan.

Peran Sriwijaya dalam Penyebaran Agama Buddha

Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha di Asia Tenggara. Selain perdagangan, kedatuan ini menjalin hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan di India dan Tiongkok untuk memperkuat posisinya sebagai pusat spiritual. Para biksu dari Sriwijaya sering dikirim ke luar negeri, dan banyak pelajar dari luar datang untuk belajar di pusat-pusat pendidikan agama di wilayah kekuasaannya.

Perbandingan dengan Kerajaan Tradisional di Nusantara

Untuk lebih memahami perbedaan Sriwijaya sebagai kedatuan, kita bisa membandingkannya dengan kerajaan-kerajaan tradisional seperti Majapahit atau Mataram. Majapahit memiliki struktur pemerintahan yang terpusat dengan raja sebagai pemimpin absolut, serta menggunakan kekuatan militer untuk memperluas wilayah. Sementara itu, Sriwijaya lebih mengandalkan hubungan dagang dan diplomatik.

Meskipun keduanya memiliki pengaruh besar di Nusantara, fokus mereka berbeda. Majapahit fokus pada kekuasaan teritorial di daratan, sedangkan Sriwijaya mengutamakan kendali atas jalur laut dan perdagangan internasional.

Warisan Sriwijaya bagi Sejarah Indonesia

Warisan Sriwijaya masih bisa dirasakan hingga kini. Konsep pemerintahan yang fleksibel dan berfokus pada perdagangan menunjukkan bahwa kekuasaan tidak selalu harus dibangun melalui kekuatan militer. Sriwijaya juga memberikan contoh tentang pentingnya diplomasi dan hubungan internasional dalam membangun peradaban.

Sriwijaya telah menjadi simbol kejayaan maritim Indonesia dan bukti bahwa Nusantara pernah menjadi pusat perdagangan global. Selain itu, peran Sriwijaya dalam penyebaran agama Buddha juga turut memperkaya warisan budaya Indonesia.

Kesimpulan

Mengapa Sriwijaya disebut kedatuan dan bukan kerajaan? Hal ini disebabkan oleh struktur pemerintahan yang fleksibel, fokus pada kekuatan maritim dan perdagangan, serta pendekatan diplomatik dalam memperluas pengaruhnya. Kedatuan Sriwijaya menunjukkan bahwa kekuasaan dapat dibangun melalui ekonomi dan hubungan diplomatik, bukan hanya melalui militer.

Sriwijaya memberikan pelajaran penting tentang bagaimana peradaban maritim dapat memainkan peran sentral dalam sejarah. Warisan kedatuan ini masih terasa dalam konsep pemerintahan dan perdagangan hingga kini. Oleh karena itu, memahami Sriwijaya sebagai kedatuan membantu kita melihat perspektif yang lebih luas tentang kekuasaan dan pengaruh dalam sejarah Nusantara.

Baca Juga: Begini Cara Membaca Wattpad Tanpa Login dengan Mudah

Baca Juga: Sumber Hukum Tertinggi di Indonesia Adalah? Ini Jawabannya!