Review Predator: Hunting Grounds – Serunya Jadi Pemburu atau Korban!

Rabu, 09 April 2025 00:45

Nama besar Predator dalam dunia film dan pop culture memang tak terbantahkan. Karakter berbentuk humanoid alien ini dikenal sebagai pemburu mematikan dengan senjata canggih dan teknologi kamuflase yang mengerikan. Tak heran jika banyak penggemar menantikan kehadirannya di dunia video game. Salah satu upaya terbaru untuk mewujudkan hal itu adalah lewat game Predator: Hunting Grounds, sebuah game multiplayer online bertema survival dan pertempuran tak seimbang antara manusia dan makhluk luar angkasa.

Dikembangkan oleh IllFonic, studio yang juga menggarap Friday the 13th: The Game, Predator: Hunting Grounds menghadirkan gameplay asymmetric 1 vs 4, di mana satu pemain berperan sebagai Predator dan empat lainnya sebagai tim militer Fireteam. Tapi apakah game ini benar-benar mampu memberikan sensasi berburu yang seru seperti di filmnya? Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Gameplay yang Menarik, Tapi Butuh Banyak Polesan

Predator: Hunting Grounds menyuguhkan pertarungan antara satu Predator melawan empat anggota Fireteam. Pemain bebas memilih peran, meski harus bersabar jika ingin menjadi Predator karena sistem matchmaking yang lama. Fireteam akan bertugas menyelesaikan misi sambil bertahan hidup, sementara Predator bertugas memburu mereka satu per satu.

Fireteam: Gameplay FPS Seru Penuh Taktik

Jika kamu bermain sebagai Fireteam, maka kamu akan menikmati permainan dari sudut pandang FPS. Ada berbagai jenis senjata seperti assault rifle, shotgun, hingga sniper rifle yang bisa digunakan, lengkap dengan beragam kelas karakter seperti Assault, Recon, Support, dan Scout. Setiap class memiliki keunggulan tersendiri yang bisa dikombinasikan untuk membentuk tim yang solid.

Predator: Pemburu Mematikan dengan Gadget Canggih

Berbeda dengan Fireteam, Predator hadir dalam perspektif third-person. Ia dilengkapi berbagai senjata dan gadget seperti Plasma Cannon, Wrist Blade, dan kemampuan kamuflase. Ada juga berbagai class Predator seperti Hunter, Scout, dan Berserker yang masing-masing punya gaya bertarung dan keunggulan tersendiri.

Masalah Balancing dan AI yang Kurang Pintar

Sayangnya, meski secara konsep menarik, game ini masih menyimpan banyak kekurangan. Salah satu yang paling mencolok adalah masalah balancing. Fireteam seringkali lebih unggul karena mereka selalu bergerak dalam grup dan AI musuh yang tidak cukup menantang. Predator seharusnya bisa lebih kuat dan lincah, tapi terasa seperti pemburu yang malah jadi buruan.

Selain itu, AI dalam game ini juga terlalu mudah dikalahkan dan tidak memberikan tantangan berarti. Hal ini mengurangi tensi dan urgensi dalam permainan, terutama untuk Fireteam yang seharusnya berada di bawah tekanan konstan.

Visual yang Memukau, Audio yang Meningkatkan Atmosfer

Terlepas dari kekurangan di sisi gameplay, Predator: Hunting Grounds patut diacungi jempol dalam aspek visual. Menggunakan Unreal Engine, game ini menyajikan hutan-hutan lebat dengan pencahayaan dramatis, efek kabut, dan detail lingkungan yang memanjakan mata. Atmosfer mencekam khas Predator sangat terasa di setiap sudut map-nya.

Dukungan sound design juga memperkuat pengalaman. Suara langkah Predator di atas pepohonan, desingan senjata Plasma, hingga teriakan musuh yang panik semuanya terdengar sangat nyata. Soundtrack-nya juga mendukung intensitas gameplay, meski tidak terlalu banyak variasi lagu.

Customisasi dan Lootbox: Tambahan Kosmetik yang Lumayan

Setiap pemain bisa mengumpulkan XP dan credit dari hasil match untuk membuka berbagai item kosmetik, baik melalui lootbox maupun pembelian langsung. Fireteam dapat mengubah penampilan dengan berbagai skin senjata, seragam, dan topeng. Sementara Predator juga punya berbagai skin menarik yang bisa digunakan untuk mempercantik tampilan alien ini.

Sayangnya, menu kustomisasi kurang intuitif. Tidak ada indikator jelas mana item yang sudah dibuka atau belum. Ini membuat pengalaman mengatur tampilan karakter menjadi kurang menyenangkan, terutama bagi pemain baru.

Matchmaking Super Lama Jadi Kendala Besar

Salah satu masalah terbesar dari Predator: Hunting Grounds adalah sistem matchmaking-nya. Waktu tunggu untuk menemukan match bisa sangat lama, terutama jika ingin bermain sebagai Predator. Tak jarang, waktu tunggu bisa mencapai 10 hingga 30 menit, padahal durasi satu match biasanya hanya sekitar 10-15 menit saja.

Ini menjadi salah satu aspek yang membuat banyak pemain frustrasi. Dalam kondisi tertentu, waktu matchmaking justru lebih lama dari durasi main itu sendiri. Untuk game yang fokus pada multiplayer, tentu ini jadi masalah besar yang harus segera dibenahi oleh pihak developer.

Kesimpulan: Potensi Besar yang Masih Perlu Diasah

Predator: Hunting Grounds memiliki fondasi yang menjanjikan. Konsep permainan asymmetric multiplayer antara Predator dan Fireteam memiliki potensi yang sangat besar, terutama bagi para penggemar franchise Predator. Namun sayangnya, eksekusinya belum mampu menjawab ekspektasi tinggi tersebut.

Masih banyak aspek yang perlu diperbaiki, mulai dari balancing gameplay, bug teknis, matchmaking yang lambat, hingga AI yang lemah. Meski begitu, aspek visual dan audio menjadi nilai jual tersendiri yang membuat game ini masih layak untuk dicoba – tentu jika kamu punya kesabaran ekstra.

Jika IllFonic terus memberikan update dan perbaikan ke depannya, bisa jadi game ini berkembang menjadi pengalaman multiplayer yang solid. Untuk saat ini, disarankan mencoba game ini saat sedang diskon, kecuali kamu adalah fans berat Predator dan ingin merasakan sensasi jadi pemburu berdarah dingin.

Baca Juga: Persona 5 Strikers: Kombinasi Menawan antara JRPG dan Musou Action